Kopi Lasem
Secangkir kopi lasem |
Ketika saya tiba di Lasem, saya sudah berpesan pada Pop kalau saya ingin sekali mencoba yang namanya kopi lelet. Jadi, setelah trip mengeksplorasi jalan Dasun, saya bersama Pop, Mas Toro (pemilik radio Maloka FM), dan beberapa teman dari Lasem Heritage menyambangi sebuah warung kopi.
Warung Kopi John |
Pada umumnya kopi Lasem ini adalah produk rumahan. Banyak orang-orang di Lasem yang masih rajin membuat kopinya sendiri. Biji kopi mula-mula dipisahkan. Yang utuh dan yang sudah pecah. Masing-masing disangrai lalu ditumbuk halus. Tentu saja dengan diberi berbagai ramuan.... Salah satu keunggulan pada kopi Lasem adalah butiran bubuknya yang sangat halus.
Lalu dimana 'lelet'nya??
Nah, ini dia! Jadi, setelah secangkir kopi dihidangkan, maka kopi itu dituang pada lepekan kemudian didiamkan. Biarkan semua ampasnya mengendap. Setelah mengendap, perlahan kopi dituang kembali ke dalam cangkir tapi diusahakan ampasnya tertinggal di lepekan tadi. Setelah itu kopi siap dinikmati.
Biasanya, bagi sebagian orang menikmati secangkir kopi kurang lengkap rasanya bila tidak dengan disertai menghisap rokok. Demikian pula di Lasem. Tapi, sebelum rokok dihisap, terlebih dulu ampas kopi yang ada di lepekan tadi di 'lelet'kan pada kertas pembungkus rokok.Bisa dikatakan ampas kopi tersebut digunakan untuk membatik rokok. Setelah rokok-rokok itu 'dibatik' maka rokok tersebut baru siap untuk dihisap. Saya baru ngeh ternyata makna 'lelet' pada rokok lelet adalah rokok yang dileleti oleh ampas kopi.
Iseng saya bertanya, memangnya adakah bedanya merokok dengan rokok biasa dan merokok dengan rokok yang sudah 'dibatik' oleh ampas kopi tadi? Beberapa nara sumber mengatakan bahwa rasanya beda. Lebih 'nendang', begitu kata mereka.
0 komentar: