Gara-gara nongkrong sore-sore di
Omah Sikep, saya jadi tertarik untuk bergabung di acara blusukan ringan Jumat pagi. Ya...sebagai tukang ngelayap dan seorang
impulsive buyer sejati, saya tertarik banget untuk berkunjung ke sebuah showroom tenun beserta workshop nya yang, kebetulan banget, masih terletak di dalam kota Yogya.
Tenun "Tugu Mas" terletak di Jalan Tamansiswa - Gang Joyonegaran, Yogyakarta. Ketika saya datang, saya cukup terkejut karena tempat yang saya datangi itu berbentuk rumah biasa yang memanfaatkan ruang tamunya sebagai showroom. Kecil saja. Bayangan saya tentang deretan mesin tenun yang berjajar dan para pekerja yang tekun bekerja ternyata tidak ditemukan di sini. Selidik punya selidik, ternyata bengkel kerja tenunnya terpisah dari showroomnya. Oke deh!
Mblusuk ke showroomnya dulu baru nanti
mblusuk ke bengkel kerjanya!
Ketika masuk ke showroomnya, saya dan teman-teman disambut oleh anak pemilik showroom. Kami dipersilakan untuk melihat-lihat koleksinya sambil menunggu ibu pemilik datang.
|
Tumpukan kain lurik |
|
Kain Lurik |
|
Hem Lurik |
Ketika kami sedang asyik memilih dan mencoba, ibu pemilik Tenun Tugu Mas datang. Namanya bu Endro. Langsung saja kami ngerubuti beliau. Terutama nanya-nanya, "Yang ini harganya berapa, Bu?" Hehehehe...!
Dari beliau kami jadi tahu, bahwa tenun-tenun ini dikerjakan dengan mesin ATBM. Wah.....keren! Ternyata masih ada pengrajin tenun di tengah kota yang alatnya ATBM!
|
Bersama bu Endro
|
Selain kain-kain lurik, ada juga yang sudah
ready made macam blus-blus, kebaya, hingga hem buat mas-mas dan bapak-bapak. Ah, terus terang saya kalap berat di sana.
Setelah acara belanja selesai, oleh Pak Endro kami diajak ke bengkel kerjanya. Letaknya tidak terlalu jauh dari rumah beliau. Masih berada dalam satu kompleks juga.
Terus terang, baru sekali ini saya bener-bener mblusuk di sebuah bengkel kerja tenun. Pekerjanya tak terlalu banyak. Sekitar lima orang ibu-ibu. Ketika saya mengamati lebih lanjut, ya....menenun ternyata merupakan jenis pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi sekaligus melelahkan.
Jalinan-jalinan benang harus sesuai pada tempatnya, kaki yang tak berhenti mengayuh pedal, duh.....saya jadi mengerti banget mengapa pada akhirnya kain tenun yang bagus mahal harganya.
Sayang kami harus segera pulang karena pada hari itu, bengkel kerja hanya buka setengah hari. Dengan enggan kami beranjak dari tempat itu.
Pulang.
0 komentar: