Antara hujan, kabut, Candi Sukuh, dan kama
Hujan mengiringi kedatangan saya di tempat ini. Candi Sukuh. Sebuah candi berbentuk piramid - mirip dengan piramid peninggalan Suku Maya-Inca - yang terletak di kaki Gunung Lawu.
Berkostum jas hujan lima ribuan warna biru, saya segera melangkah ringan, menapaki tangga batu kompleks candi ini. Sudah lama saya ingin ke sini. Seorang bapak yang mengaku guide menawarkan jasa memandu. Dengan halus saya menolaknya.
Seperti yang telah banyak diceritakan di blog-blog perjalanan, gerbang pertama Candi Sukuh adalah terlarang untuk dilewati. Ada pintu pagar berwarna biru yang menghalangi. Saya cuma bisa mengintip saja. Tak lagi heran saya melihat relief yang ada di gerbang itu. Sebuah relief persatuan 'lingga-yoni'. Apalagi??
Banyak yang menjuluki candi ini sebagai candi 'seks'. Saya tak sepenuhnya setuju. Apalagi setelah bapak pemandu tadi sempat bercerita seklumit tentang candi ini.
"Bentuk candi yang terdiri dari teras-teras yang bertingkat menunjukkan tujuan hidup manusia menurut Hindu yaitu Dharma (bekerja), Artha (materi/uang), Kama (seks), dan hingga akhirnya Moksa. Tingkatan itu tidak bisa dibalik-balik."
Di tengah rintik hujan dan dingin yang menusuk, saya jadi mereka-reka, menghubung-hubungkan, dan mengambil kesimpulan bahwa candi ini lebih dari sekedar candi yang mengeksploitasi tentang seks. Candi ini, sesuai dg bentuknya yang bertingkat-tingkat ingin mengajarkan pada masyarakat Hindu masa lampau dan masa kini bahwa seks merupakan salah satu tujuan manusia yang termuat dalam paham purusharta yang terdekat dengan moksa. Dan itu sakral! Ya, melalui candi ini, umat Hindu pada khususnya diajarkan agar melihat seks itu sebagai sesuatu yang sakral!
Aroma dupa wangi bercampur tanah basah membawa saya kembali menyimak patung-patung yang ada di kompleks ini. Serunya, akibat pemahaman saya tadi, patung-patung yang mungkin terlihat vulgar bagi sebagian orang jadi terlihat wajar saja. Yang membuat saya tertarik adalah sebuah relief berbentuk seperti rahim seorang wanita.
Menuju teras teratas |
Patung dan sesaji |
Relief di salah satu sisi candi |
Relief yang berbentuk seperti rahim |
Sayangnya saya tak bisa berlama-lama di sini. Masih diiringi rintik hujan saya bergegas meninggalkan Candi Sukuh. Sementara itu kabut perlahan turun.
Candi, kabut, hujan, dan kama. Semacam perpaduan yang menggetarkan jiwa
0 komentar: