Lasem Heritage Trail (2)
RUMAH CANDURumah Candu |
Setelah selesai menikmati kopi khas Lasem yang sering juga disebut sebagai kopi lelet, saya, Pop, dan teman-teman Lasem Heritage melanjutkan traill. Siang ini kami mampir di Rumah Candu. Apa itu Rumah Candu?
Konon rumah candu ini digunakan sebagai gudang penyimpanan candu. Atau mungkin kalau jaman sekarang tempat tersebut bisa dibilang sebagai distributor utama candu. Memang, Lasem masa lalu dan candu adalah dua hal yang tak terpisahkan.
Katanya lubang ini merupakan lubang untuk menyelundupkan candu dari pelabuhan (sungai) Lasem menuju rumah candu |
Saya menyempatkan diri untuk mblusuk di dalam rumah candu. Rumah candu itu terdiri dari dua bangunan. Bangunan yang dibelakang terdiri dari dua lantai dan berisi kamar-kamar. Saya membayangkan, kamar-kamar tersebut adalah kamar buat para customer yang pingin menghisap candu. Sambil bercanda, saya, dan teman-teman blusukan malah membayangkan jangan-jangan dulu kamar-kamar tersebut juga terbagi atas beberapa kasta layaknya kamar-kamar di hotel itu! Standar, Superior, hingga President Suite....! Hihihih...!
Setelah puas mblusuk di dalam, saya kemudian berjalan ke samping rumah candu. Ternyata, saya menemukan sebuah kuburan tua. Di area kuburan tersebut terdapat dua buah tiang. Hmmm...kuburan siapakah ini? Karena bertuliskan aksara Cina dan tak seorang pun diantara kami yang bisa membacanya, maka kami hanya bisa menebak-nebak saja bahwa kuburan ini mungkin merupakan kuburan dari salah seorang keluarga pemilik rumah candu. Ada pula yang beride bahwa kuburan ini sebenarnya hanyalah sebuah kamuflase saja. "Mungkin di bawah kuburan itu ada semacam sumur atau tempat untuk menyimpan candu. Atau malah harta kekayaan pemilik rumah candu!"
Mana yang benar??
Wallahualam....!!
Mana yang benar??
Wallahualam....!!
Sebuah makam leluhur di samping rumah candu |
Sebelum beranjak dari tempat ini, saya menikmati suasana menjelang sore sejenak di teras Rumah Candu. Sambil mengobrol. Hingga akhirnya ketika hari beranjak sore, kami semua meninggalkan tempat yang legendaris ini...
RUMAH OMA OPA
Pop sedang leyeh-leyeh di teras Rumah Oma-Opa |
"Mau kemana lagi kita?" tanya saya pada Pop. Pop berpikir sejenak. "Kita ke Karangturi! Lalu mampir ke Rumah Oma-Opa. Setelah kamu dijejali dengan rumah-rumah Cina yang kosong, tidak inginkah kamu melihat rumah Cina yang masih dihuni?"
Ide Pop membuat saya amat bersemangat. "Ayo kita ke sana!"
Kami menuju ke Desa Karangturi. Sebuah desa yang terkenal akan aroma Cina yang kental. Ya! Rumah-rumah di desa ini mayoritas masih berupa rumah-rumah tradisional khas Cina!
Di depan pagar berwarna biru kami berhenti. "Ini rumah Oma Opa. Pemiliknya adalah seorang pria berusia delapan puluh tahuan dan seorang oma. Jangan salah! Oma dan Opa ini bukan suami istri ya! Mereka saudara sepupu," Pop membriefing saya sekilas.
Seorang wanita berusia empat puluhan menyambut kami dengan ramah. Dia adalah pembantu rumah ini. Namanya saya lupa tapi saya ingat. Si mbak ini berasal dari Tuban dan sudah ikut lama sekali di tempat ini.
Pop mengenalkan saya pada si Opa. Si Opa ini rupanya sangat senang didatangi. "Masuk saja. Boleh kalau mau lihat-lihat sampai ke dalam!"
Ditemani oleh si Mbak, saya mblusuk ke dalam rumah. Rumah Oma-Opa ini layaknya rumah-rumah tradisional Cina di daerah ini merupakan rumah Gladak. Sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu sebagai material utamanya. Rumah tipe Gladak ini sebenarnya merupakan salah satu ciri khas rumah Jawa. Rumah-rumah panggung ini juga banyak saya temui di rumah-rumah Kudus. Bisa dibilang rumah-rumah Cina di daerah ini merupakan perpaduan antara rumah Jawa dan rumah Cina.
Sayangnya, rumah ini tampak tidak terawat. Debu, gelap, dan...ada suara-suara kelelawar di rongga atap yang bikin saya sedikit deg-deg an karena saya sangka cericitnya itu suara....tikus!!!
Sayangnya, rumah ini tampak tidak terawat. Debu, gelap, dan...ada suara-suara kelelawar di rongga atap yang bikin saya sedikit deg-deg an karena saya sangka cericitnya itu suara....tikus!!!
sumur |
'kolong' rumah |
'Gang' di samping rumah |
Kondisi salah satu kamar |
Seperti layaknya rumah Cina, pada ruang depannya terdapat altar untuk persembahan kepada leluhur. Di sisi kirinya terdapat kamar. Saya terus masuk ke dalam hingga akhirnya bertemu dengan teras di dekat halaman belakang. Pada sisi kiri di bagian halaman belakangnya, terdapat beberapa ruang yaitu ruang untuk sembahyang dan gudang. Konon gudang tersebut berfungsi sebagai tempat penyimpanan beras. Menariknya, di rumah ini terdapat dua buah sumur. Yang satu di halaman belakang, yang satu lagi di sisi kiri rumah sejajar dengan teras depan.
Setelah puas mengelilingi rumah, saya, Pop, si mbak, dan Opa mengobrol di area sumur bagian depan. Opa banyak bercerita tentang masa mudanya. Ketika saya bertanya sejak kapankah rumah ini dibangun, Opa bercerita jika rumah ini dibangun oleh ayahnya ketika dirinya masih kecil. Sayang, beliau lupa tahun dibangunnya rumah ini. Menjelang maghrib, saya dan Pop pamit pulang.
TRAVEL TIPS:
1. Pengen keliling Lasem dan ikut heritage trail dengan guide yang asyik?? Bisa minta tolong kru Lasem Heritage.
2. Lasem itu panas. Jadi..siap-siap bawa baju yang nyaman banget.
0 komentar: