From Saigon with Love: Lost in Saigon
Menurut saya, nggak seru kalo acara ngetrip itu nggak pake nyasar. Hehehe....!!!! Ya...saya adalah manusia yang paling sering nyasar kalau lagi ngetrip. Tapi, seringnya, acara nyasar ini berbuah hal yang manis: jadi ngerti sisi lain tempat ngetrip yang orang lain belum tentu tahu!
Tapi, selama ini saya seringnya nyasar di negara-negara yang notabene rata-rata penduduknya ngerti bahasa Inggris. Jadi no problemo buat saya! Terus gimana kalau kita nyasar di negara yang
penduduknya bahkan aparatnya nggak ngerti bahasa Inggris??
Ada sedikit cerita menggelitik waktu saya ngetrip ke Saigon kemarin. Ceritanya, saya kan solo traveling waktu itu. Nah pada awal kedatangan di bandara Than Son Nhat, saya berkenalan dengan traveler lain dari Jakarta dan singkat cerita selama satu setengah hari kita jalan bareng ke mana-mana. Kebetulan, para travelmate saya yang baru itu semuanya adalah pria. Jadi destinasi yang mereka tuju rata-rata destinasi yang beraura cowok. Salah satunya, mereka pingin berbelanja barang-barang perlengkapan perang dan memang di Saigon ada satu tempat yang khusus menjual barang-barang itu dengan harga murah.
Setelah bertanya pada seseorang tentang arah menuju Cho Dan Sinh (pasar yang menjual barang-barang perang) maka kami berempat berjalan ke sana. Berbekal peta di tangan, kami menyusuri jalanan Saigon yang waktu itu habis diguyur hujan. Sampai di area Cho Dan Sinh, kami sedikit terperangah. Yang terlihat di sekitar area itu adalah toko-toko yang menjual barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti ember plastik, magic jar, kompor, dan ada juga deretan toko yang menjual alat-alat perbengkelan semacam bor, mur, dan baut. Nah...lalu di mana perlengkapan perangnya??
Kesalahan kami:
- Kami lupa kalau yang namanya pasar itu tutup jam empat sore. Jadi, ketika kami tiba di sana sekitar jam empat, tentu saja kami nggak bisa masuk ke dalam pasar.
- Kami ini bermain dengan persepsi sendiri. Dalam bayangan kami ada sebuah bangunan besar yang khusus menjual barang-barang keperluan perang tersebut. Jadi, ketika kami melihat disekitar cuma ada toko mur dan toko plastik...pasti bukan di sinilah tempatnya!
Putus asa karena mereka tidak kunjung mengerti akhirnya kami memutuskan untuk mengitari daerah Cho Dan Sinh itu. Dan...tetap tidak ketemu!!!
Akhirnya, dengan gontai kami berjalan pulang...
TIPS TRAVELER
1. Nyasar di Saigon dan bukan di daerah wisata itu disaster banget. Karena nggak ada satupun yang bisa kita tanya. Umumnya mereka buru-buru menghindar begitu melihat ada wisatawan asing dengan tampang bingung menghampiri mereka. Bahasa Inggris bukan bahasa yang familiar bagi mereka.
2. Kalo terlanjut nyasar??? Mending buru-buru browsing. Cari tau ke mbah google atau andalkan google map. Kadang-kadang peta yang didapat di bandara itu nggak terlalu lengkap. Nah masalah saya ada pada persepsi ternyata. Dan sebenernya setelah diulik lagi, ternyata kami nggak nyasar. Gimana kalau sudah mentok dan tetep nyasar?? Siap-siap bolpen, kertas, dan bahasa Inggris paling sederhana, deh! Dan kalau memang harus menyebut nama tempat, mending nama tempatnya ditulis saja dan biarkan yang ditanya membaca. Karena kadang, kita sering salah mengucapkan nama tempat tersebut (seperti 'ch' yang dibaca 'c' dan 'c' yang dibaca 'k'....)
3. Berdoa biar yang ditanya akhirnya ngerti maksud kita
0 komentar: