Pagi di Tanjung Pinang

Suasana pasar
Pagi di Tanjung Pinang selalu menakjubkan. Bagaimana tidak?? Menyusuri pelantar di pagi hari dan saya melihat gelombang para pekerja menuju dan berdatangan dari Senggarang. Setelah itu saya terus berjalan menyusuri area pasar. Apa yang saya lihat? Keriuhan orang menjajakan dagangannya dan deretan toko-toko yang mulai membuka pintunya. Beberapa pemilik toko beretnis Tionghoa meletakkan sesaji di trotoar depan tokonya. Unik. Selain di Bali, saya belum pernah melihat hal seperti ini.

Lalu saya berjalan menuju ke pusat kota. Harum semerbak kopi memenuhi udara di Tanjung Pinang. Deretan kedai kopi tampak penuh dengan orang-orang yang sedang menyesap kopi sambil berbincang. Beberapa tampak asyik menikmati sarapannya. Bai kuah kari kental menyeruak. Hmm...bikin lapar saja!!

Saya memilih sebuah warung kopi yang terletak tak jauh dari Kelenteng. Memesan secangkir kopi hitam dan membiarkan saya larut dalam suasana kedai kopi ini.


Sesajen di depan toko

Menu Sarapan di kedai kopi

Suasana di kedai kopi

Sekejap saya merasa seperti tidak sedang berada di Tanah Air sendiri. Pengunjung kedsi kopi ini mayoritas adalah beretnis Tionghoa. Sibuk berbincang dengan gayeng dalam bahasa mereka. Dan kehadiran cangkir kopi dan tekonya yang khas - seperti teko dan cangkir kopi di kedai kopi tradisional di Singapura - membuat saya terlupa bahwa saya masih berada di wilayah negara saya.

Pagi di Tanjung Pinang memang berbeda. Dan semua itu membuat saya rindu untuk kembali ke sana..

0 komentar: